Tulisan Sarlito Wirawan tentang Penistaan Agama
Profesor Dr.Sarlito Wirawan (1944-2016) sala seorang pakar psikologi Indonesia. Beliau tercatat sebagai ahli psikologi pada gelar perkara Ahok tanggl 19 Nopember 2016 yang lalu Sarlito tidak bisa menjadi saksi ahli, karena meninggal sehari sebelumnya, tanggal 15 Nopember 2016 di rumah sakit PGI Cikini Jakarta. Almarhum meninggalkan tulisan yang mungkin akan dibacakannya dalam gelar perkara dimaksud di atas. Ini tulisan almarhum Prof. Dr. Sarlito Wirawan yang diberinya judul “Mungkinkah Menistakan Agama” ?
Sarlito (almarhum ) mengawali tulisan ini dengan pernyataan bahwa demonstrasi dalam rangka membela Tuhan dan agama makin banyak. Sehubungan dengan itu, dia mempertanyakan “Mungkinkah umat Membela Tuhan dan Agama”. Begitu lemahkah Tuhan dan Agama, sehingga memerlukan pembelaan dari umatnya ?.
Sarlito berpandangan bahwa Tuhan dan Islam tidak perlu dibela. Anak-anak, perempuan, orang lemah/ tak berdaya,orang fakir/piatu, mereka itulah yang perlu dibela. Hal itu sesuai dengan ajaran Islam. Adanya kewajiban untuk membayar zakat dan sunah untuk bersedekah adalah perwujudan perintah agama untuk membela umat yang lemah. Tiap orang yang membela umat yang lemah berarti menjalankan petunjuk Allah untuk keadilan, saling menyayangi dan menghormati. Itulah menurut Sarlito yang disebut Islami terlepas dia muslim atau bukan.
Dalam tulisannya Sarlito mengemukakan hasil penelitian di Washington 2012 yang mensurvei 208 negara di dunia. Ditemukan bahwa Negara yang paling Islami di dunia adalah Selandia Baru, kemudian disusul oleh Luxemburg , Singapura no.7, AS nomor 15, Malaysia nomor 33, Arab Saudi 99, Indonesia 104 dan negara –negara OKI rata-rata dibawah 100. Selanjutnya, Survei oleh Maarif institute menemukan pula bahwa kota yang paling Islami di Indonesia adalah Den Pasar, Bandung dan Yogyakarta.
“ Ahok memang berkata kasar, tapi pada mereka yang tidak bekerja baik”, tulis Sarlito. Bandingkan dengan Risma wali kota Surabaya. Risma juga berkata kasar pada pegawai yang tidak bertanggungjawab dan pemborong yang ingkar janji, tapi tidak ada yang menggugat Risma. Malah Risma ingin dipromosikan menjadi gubernur DKI untuk melawan Ahok. Untung Mega cukup cerdas.
Sarlito dalam tulisan tersebut membaca keberhasilan Ahok dalam memerintah di DKI. Sungai Ciliung yang dulu kotor penuh sampah , sekarang bersih sudah bisa untuk memancing ikan. Banjir di DKI sudah dapat dikendalikan dan MRT yang selama ini mangkrak dilanjutkan pembangunannya. Ahok mengalokasikan dana untuk mesjid-mesjid di DKI dan banyak takmir se DKI diumrohkan oleh Ahok dengan dana pemrov. DKI. Kalijogo tuntas tanpa bekas dan kekerasan.
Tapi Ahok di demo karena Ahok bicara blak-blakan dan salah bicara, hingga dituduh menista agama. Umat membela Tuhan dan Agama ?, tapi kenapa KPK tidak di demo masyarakat karena menangkap pemimpin-pemimpin Islam yang korup, seperti menteri Agama, koruptor pencetakan Alquran, manipulasi perdagangan sapi dan lan-lainnya. Kalau para pemimpin Islam itu ditangkapin tentu akan mengurangi jumlah pemimpin Islam. Mungkin itu tidak diinginkan.
Sarlito juga mengangkat peristiwa-peristiwa terhadap Jokowi. Ketika Jokowi jadi calon presiden, dia dituduh sebagai Cina dan Kristen, padahal Jokowi wong Solo asli dan Islam.
Menurut Sarlito, umat Islam banyak yang awam dan tidak kritis sehingga mudah sekali diintervensi dari agama rasional ( mencari kebenaran) menjadi agama yang dirasionalisasi (mencari pembenaran). Contohnya ketika PDIP menang pada Pemilu 1999, yang seharusnya Megawati jadi Presiden, tapi digagalkan oleh Amin Rais yang pada waktu itu mejadi Ketua MPR. Alasannya ada ayat Alquran tidak membolehkan perempuan jadi pemimpin. Maka Gus Dur dikukuhkan jadi Presiden . Amien Rais yang melantik Gus Dur jadi Presiden ke 4, setelah 22 bulan dijatuhkan oleh Amin Rais dan mengangkat Megawati jadi Presiden dengan melakukan rasionalisasi (mencari pembenaran) melalui ayat-ayat Alquran dan hadis bahwa perempuan boleh menjadi pemimpin.
Sarlito menutup tulisannya bahwa Ahok sudah Islami, walau belum memeluk Islam. Kita ucapkan selamat jalan pada Pak Sarlito, semoga Tuhan menerima semua amal ibadahnya.