Lika-liku studi dan Pekerjaan Dr.Mardety Mardinsyah Msi

Lahir 21 April 1949 di Pematang Siantar, Sumatera Utara. Menikah dengan Drs. Mardinsyah (1969) dan dikaruniai empat putra dan sebelas cucu. Berasal dari Padang Sumatera Barat, sejak tahun 1982 pindah ke ibukota Jakarta mengikuti suami yang terpilih sebagai anggota DPR-RI, periode 1982-1987 dan 1987-1992 setelah bertugas sebagai wakil Ketua DPRD Provinsi Sumatera Barat (1971- 1982).

Sekolah Dasar, Menengah dan Menengah Atas yang sekarang disebut dengan belajar 12 tahun, semuanya tempuh di Padang. Setamat Sekolah Teknik Menengah (STM) jurusan mesin yang pada waktu itu langka dimasuki oleh anak perempuan, melanjutkan studi ke Fakultas Teknik Jurusan mesin, IKIP Padang, tapi stop study karena menikah. Setelah menikah menunaikan tugas natural sebagai ibu: melahirkan, mengasuh, memelihara dan membesarkan anak-anak. Disamping itu, melakoni tugas-tugas sosial: mendukung karir suami yang waktu itu bertugas sebagai pimpinan DPRD provinsi Sumatera Barat dan berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sosial di lingkungan tempat tinggal dan tempat kerja suami.

Sepuluh tahun setelah menikah, kembali ke kampus. Keinginan studi selalu mengusik dan masuk Akademi Bahasa Asing, Jurusan Bahasa Inggris pada Akademi Prayoga Padang. Tamat tahun 1982 di Akademi ini, tahun 1984 masuk Fakultas Sastra, sekarang bernama Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) Jurusan Filsafat (Strata-1) Universitas Indonesia (UI), tamat tahun 1988 dengan Skripsi : Fisafat Komunikasi Karl Jasper. Dizaman digital ini ternyata komunikasi sebagai ilmu  berkembang pesat, sehingga bahasa sebagai alat  komunikasi menjadi penting. Secara filosofIs disebutkan bahwa zaman ini adalah regim bahasa, tidak ada realitas tanpa bahasa.

Tamat studi di filsafat UI,  melanjutkan studi ke pasca sarjana UI jurusan Pengkajian Ketahanan Nasional (PKN) dan tamat tahun 1995 dengan Thesis: Peran Perusahaan Swasta Besar Indonesia terhadap Ketahanan Nasional. Objek kajian ini adalah korporasi  Cina di Indonesia dan peranannya terhadap Ketahanan Nasional. Kajian  ini menggunakan teori ketahanan nasional  sehingga studi ini belum dapat dipertanggunjawabkan secara ilmiah tapi aplikasinya cukup memberi manfaat. Hingga dewasa ini negara Indonesia dikuasai oleh korporasi (perusahaan besar) Cina, sekalipun  regim militer Orde Baru telah tutup usia. (1998). 

Tahun 1996 terdaftar sebagai peserta program Doktor di Departemen Filsafat FIB UI dengan rencana penelitian disertasi : Dimensi Moral Kapitalisme. Karena satu dan lain hal, tahun 2000 harus stop study di pasca sarjana ini. Dua belas tahun kemudian (2012) mendaftar kembali sebagai perserta program Doktor Ilmu Filsafat, FIB UI dengan disertasi Hermeneutika Feminisme Menuju Tafsir Alquran Berkeadilan gender (Refleksi Filosofis terhadap pemikiran Amina Wadud). Hermeneutika adalah ilmu penafsiran. Manusia hidup dalam dunia yang penuh tafsir. Cara  lama dalam metode penafsiran  terhadap berbagai teks, termasuk teks-teks suci dianggap bermasalah karena melahirkan diskriminasi dan ketidakadilan terhadap perempuan. Muncul cara baru yang bersifat  ilmiah dalam metode penafsiran teks yang diberi nama hermeneutika feminisme.

Dunia kerja yang ditempuh cukup memberi pengalaman yang bervariasi. Pernah menjadi guru di Sekolah Teknik di desa, setelah tamat STM. Menjadi guru muda, umur 19 tahun di sekolah yang semua muridnya laki-laki (pada waktu itu, sekolah teknik tidak dimasuki anak perempuan) memberi pengalaman berhadapan dengan karakter maskulin. Ketika sedang mengajar, pernah dihadapkan pada perkelahian berkelompok di kelas sehingga dengan  terpaksa naik ke atas meja sambil berteriak menghentikan perkelahian itu.

Setelah menamatkan studi di Akademi Bahasa Asing, menjadi guru Bahasa Inggeris di SMA no. 33 Cengkareng, Provinsi Banten. Setelah mendapat ijazah magister Ketahanan Nasional di pasca sarjana UI, menjadi dosen untuk matakuliah PKN dan Pancasila di Fakultas Ekonomi, Universitas Trisakti, Jakarta. Pernah mengampu mata kuliah Filsafat hukum di STIH (Sekolah Tinggi Ilmu Hukum) IBLAM, Jakarta. Juga pernah memberi kuliah filsafat bidang aksiologi di Seskoal (Sekolah Komando Angkatan Laut, Cipulir, Jakarta).  Memberi kuliah filsafat di Seskoal ini cukup lama, sehingga  mendapat penghargaan Satya Lancana Dwidya Sistha sebagai Dosen Seskoal. Pengalaman yang dapat digarisbawahi selama menjadi dosen di Seskoal adalah, peserta Seskoal ini adalah perwira Indonesia dan perwira dari mancanegara yang hampir setiap kelas pesertanya semua laki-laki. Dari realitas ini  terlihat ada diskriminasi, yang dipersiapkan negara-negara untuk menjadi pemimpin, dalam hal ini komandan Angkatan Laut adalah laki-laki. Akses untuk perempuan  masih terbatas.

Disamping menjadi dosen pernah bekerja pada Dewan Pertahanan Keamanan Nasional, sekarang bernama Dewan Ketahanan Nasional, sebagai Staf Pembantu Deputi (1996-2000). Waktu pemerintahan Orde Baru Dewan ini ditugaskan untuk menyusun Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang akan disahkan pada Sidang Umum MPR-RI dan diselanjutnya diserahkan pada Presiden terpilih sebagai mandataris MPR-RI. Yang mengesankan  bekerja di lembaga ini adalah, dalam bidang olah pikir (tataran konsep dan ide) perempuan masih dipinggirkan, tidak banyak perempuan dilibatkan dalam kegiatan intelektual untuk penyusunan GBHN. Perempuan dilibatkan hanya dalam bidang teknis yang disebut sebagai kelompok pendukung. Mungkin perempuan dipandang lemah inelektualnya dan  perempuan yang bergerak dalam kegiatan intelektual jumlahnya saat itu masih sedikit.

Dalam era reformasi, bekerja sebagai tenaga ahli Anggota DPR-RI ( 2009 -2016) yang tugas pokoknya adalah memberi masukan materi dan analisis  masalah- masalah kepada anggota DPR-RI. Tugas pokok DPR-RI adalah legislasi,bugeting dan monitoring dan terbagi dalam berbagai komisi dan badan.