Ketika menjadi tawanan suami, Perlu Berdamai dengan Diri Sendiri
“ Orang tak pernah tahu bagaimana sesak yang kutanggung karena sikapnya”, Wangi berkata pada dirinya. Hidupnya bagai pohon meranggas, sunyi dan sepi. Dia terkungkung, dirumahkan, tak boleh keluar. Sementara Teo, suaminya adalah seorang laki-laki pendiam. Sebenarnya Teo banyak berbicara kalau sedang sendiri, tapi bukan berbicara sendiri, melainkan berbincang-bincang dengan teman-temannya di dunia maya.
Pagi ini wajah Wangi terlihat murung. Di pipinya airmata masih menggantung. Teo sibuk dengan gawainya. Mukanya asam. Terasa ada yang membebani yang membuat hatinya tawar.
Wangi meronta lagi, tidak mau dikungkung, menjadi tawanan suami. Dia ogah menjadi perempuan yang dirumahkan. “ Emangnya perempuan barang simpanan, berdandan dan berpakaian bagus, menanti suami untuk membawa keluar rumah “, kata Wangi pada suaminya. “ Kalau kau boleh keluar, kenapa aku tidak. Apa bedanya kita. Emangnya aku penjaga rumah, menunggumu pulang”, seru Wangi ketus.
Teo marah. Wangi dimatanya adalah perempuan tidak ramah, tidak pandai bergurau dan bercumbu. Dia perempuan perengut dan pemberontak. Wangi adalah entitas yang tidak sempurna dan tidak patuh. Itulah potret Wangi di mata Teo.
Pasti diakui, masalah Wangi dan Teo banyak terjadi dalam masyarakat kita. Ada yang memutuskan berpisah, tidak bisa lagi meneruskan pernikahan. Ada yang mengkomunikasikan masalahnya terus menerus sehingga diperoleh komitmen dan pernikahan langgeng. Tapi bagi Wangi, memilih berdamai dengan diri sendiri. Untuk mempertahankan pernikahannya, Wangi mencoba berdamai dengan dirinya. Berdamai dengan diri, tampaknya gampang.Tapi bagaimana caranya ? Malu bertanya, sesak di dada.
Berdamai dengan diri sendiri merupakan pembelajaran yang dilakukan secara konsisten. Untuk bisa berdamai dengan diri, kita harus belajar mengenal diri kita. Perlu menata ulang cara kita berpikir. Hidup itu bukan sekedar fisik namun juga pikiran. Pikiran terbagi dua : pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Pikiran bawah sadar sangat berpengaruh besar terhadap hidup manusia. Bila pikiran bawah sadar penuh dengan hal-hal negatif, maka kita selalu negatif thinking. Maka itu Pikiran sadar harus mengendalikan pikiran bawah sadar.
Untuk bisa berdamai dengan diri, sekarang berkembang hipnoterapy, yaitu cabang psikologi dan merupakan alat bantu medis untuk menangani beberapa masalah psikologis. Hipnoterapy adalah suatu terapi yang dilakukan pada kondisi hipnosis.
Wow, jangan takut dulu mendengar kata hipnosis. Istilah hipnosis berasal dari bahasa Yunani, “Hypnos “, yang berarti “tidur.” Hipnosis adalah kondisi relaksasi yang dalam dan mengubah kondisi kesadaran untuk berkonsentrasi.
Pada kondisi hipnosis seseorang berada dalam keadaan relaksasi dan konsentrasi pada satu titik tapi masih punya kontrol dan kesadaran penuh terhadap hal-hal disekitarnya. Hipnosis membuat orang mudah untuk mengevaluasi sebuah peristiwa yang menyakitkan karena ia dalam kondisi relaks. Ia juga mudah menerima dan menyerap sugesti dan pembelajaran baru, sehingga mampu berdamai dengan diri.
Dengan searching google ditemukan petunjuk para ahli, untuk berdamai dengan diri sendiri ada langkah-langkah yang harus diikuti.
Pertama, Ihklas menerima diri. Penerimaan diri (Self-acceptance) adalah suatu kemampuan individu untuk dapat melakukan penerimaan terhadap keberadaan diri sendiri. Sikap penerimaan diri dapat dilakukan secara realistis, tetapi juga dapat dilakukan secara tidak realistis. Sikap penerimaan realistis dapat ditandai dengan memandang segi kelemahan-kelemahan maupun kelebihan-kelebihan diri secara objektif.
Langkah kedua, meningkatkan kecerdasan spiritual. Ini dapat dilakukan dengan beribadah, berzikir dan meditasi.
Langkah ketiga, mengeluarkan sisi-sisi kreatif, seperti menulis, melukis, mengevlog dan lainnya.
Langkah keempat, bersikap mandiri. Jangan tergantung pada orang lain. Langkah kelima, cintai diri, jangan zolim terhadap diri sendiri. Pikiran dan tindakan orang lain yang berada diluar kendali kita , ya abaikan saja. Jangan membebani diri.
Berdamai dengan diri sendiri, ketika menjadi tawanan suami adalah salah satu solusi. Terdengarnya tidak cerdas, tapi cukup menenangkan diri. Menenangkan diri dengan cara hipnoterapy dan mengikuti langkah-langkah yang disampaikan di atas.
Kekerasan dalam rumah tangga tidak selalu menghasilkan memar ataupun patah tulang. Kadang-kadang ada luka yang tak dapat dilihat orang, tapi itu luka yang paling sakit. Cintai dirimu, jangan biarkan dirimu sakit. Moga dengan berdamai dengan diri, dapat melelehkan kebekuan otak, sehingga kita dapat melihat kemilau lain dari kehidupan.