HERMENEUTIKA SEBAGAI DASAR PENALARAN
Hermeneutika merupakan metode atau fundamen dan dasar penalaran manusia untuk menambah kejelasan dari suatu bahasa, sehingga bahasa yang digunakan itu dapat dimengerti. Menurut Schleiermacher (1768-1834), ada dua tugas hermeneutik yang pada hakikatnya identik satu sama lain, yaitu interpretasi gramatikal dan interpretasi psikologis. Bahasa gramatikal merupakan syarat berpikir setiap orang. Aspek psikologis interpretasi memungkinkan seorang menangkap setitik ”cahaya” pribadi penulis. Oleh karenanya untuk memahami pernyataan-pernyataan pembicaraan orang, kitaharus mampu memahami bahasanya sebaik memahami kejiwaan penulis.
Kita hidup dalam dunia yang penuh tasir. Manusia adalah makhluk mengerti makna dan membentuk jaringan makna, maka itu perlu penafsiran. Apalagi dewasa ini, kompleksitas kehidupan menguras pikiran kita untuk memaknai realitas, terutama realitas kemanusiaan. Itulah sebabnya, hermeneutika sebagai metode penafsiran makin berkembang dan memperlihatkan potensi kritisnya dalam dunia kontemporer ini. Sesungguhnya hermeneutika dalam konteks ilmu pengetahuan telah digunakan kurang lebih 500 tahun yang lalu sebelum masehi.
Menurut Jurgen Habermas pemahaman hermeneutik pada dasarnya membutuhkan dialog, sebab proses memahami adalah proses kerja sama dimana pesertanya saling menggabungkan diri satu dengan yang lainnya secara serentak dalam dunia kehidupan. Ada 3 dunia kehidupan, yaitu dunia objektif, dunia sosial, dan dunia subjektif.
Dunia objektif adalah totalitas semua entitas atau kebenaran yang memungkinkan terbentuknya pernyataan-pernyataan yang benar. Jadi realitas yang memungkinkan kita berpikir secara benar tentang semua hal, termasuk manusia dan binatang.
Dunia sosial adalah totalitas semua hubungan interpersonal atau antarpribadi yang dianggap sah dan teratur. Dunia subjektif adalah totalitas pengalaman subjek pembicara atau sering juga disebut ”duniaku sendiri” atau ”pengalamanku sendiri”.