Kamala Harris menjadi Wapres Amerika, Gender dan Rasial tidakkan mampu mencegatnya

Kamala datang, Trump-pun hengkang, mungkin itu yang terjadi dalam Pemilihan presiden (Pilpres) AS  yang ke 59 akan digelar  November 2020 mendatang.  Donald Trump berpasangan dengan Mike Pence  berhadapan dengan  Joe Biden yang  menggandeng  Kamala Devi Harris, perempuan  keturunan Afrika sebagai wakil presiden (Wapres).  Jika Joe Biden menang, Devi menjadi perempuan pertama berkulit hitam yang menduduki jabatan sebagai Wakil Presiden di Amerika .Untuk pertama kalinya perempuan berkulit hitam bertarung dalam Pilpres di negeri Paman Sam.

Kamala Harris
Kamala Harris

Politik Pilpres AS 2020 cukup  riuh.  Diskriminasi rasial masih menjadi masalah yang menghantui masyarakat AS, meski mereka sudah merdeka ratusan tahun. Ide keadilan gender walaupun telah lama diusung di negeri ini, tapi keadilan gender baru bisa memiliki makna ketika diimplementasikan dalam kehidupan nyata. Tampilnya  Kamala Harris, sebagai calon wakil presiden, mengejutkan Donald Trump.  Trump merasa terancam dan mulai menyerang. Devi diejek sebagai perempuan yang buruk. Tampaknya laki-laki sehebat Donald Trump  masih memiliki masalah dengan perempuan tangguh  seperti Kamala.

Riuhnya informasi, baik di sosial media maupun media mainstream online  sekitar Pilpres AS 2020 ini, menarik  untuk dipahami apa yang sebenarnya terjadi. Konsep “Memahami” berbeda dengan “mengetahui”. Konsep “mengetahui” mencari data, tapi “ memahami mencari makna. Nah,  itulah yang kita lakukan dalam tulisan ini. Mencari makna dibalik keriuhan politik Pilres AS 2020.   Seni memahami ada ilmunya, yaitu hermeneutika. Hermeneutika moderen telah diakui keabsahannya. Dengan ketangkasan hermeneutika, mari kita “mengulik” masalah ini.    

Harris mendampingi Joe Biden bertarung dalam pilpres AS 2020.  Kamala Harris,  berasal dari etnis Afro-Amerika, kelompok etnis di AS yang nenek moyangnya berasal dari Afrika, warga berkulit hitam.  Dulu, kelompok etnis ini termarjinalisasi secara rasial dalam konteks Amerika. Perjuangan panjang untuk keadilan telah dilakukan sejak era Martin Luther King Jr. Itu semua  telah menjadi fakta sejarah. Bila kita buka lembaran sejarah tentang diskriminasi rasial ini, kita akan basah oleh sejarah. Rasisme sangat mencekam.

Pembunuhan George Floyd  pada 25 Mei 2020,  memperlihatkan bahwa  masih ada Rasisme di AS. Dunia Mengecam.  George Floyd, seorang   pria ras kulit hitam asal AS, mati di tangan  polisi kulit putih. Ini merupakan fakta yang miris. Kematian tragis warga kulit hitam ini memantik solidaritas di berbagai negara. Pembunuhan George Floyd menyulut kemarahan warga Amerika Serikat dan masyarakat internasional.  Ratusan demonstran  menggelar unjuk rasa, salah satunya  di Kedutaan Besar AS di Berlin. Demonstran memegang poster yang bertuliskan “Keadilan untuk George Floyd”. “Berhentilah membunuh kami”.

.

Kasus pembunuhan George Floyd  membuat masyarakat AS  resah dan memerlukan diskusi untuk menghentikan tindakan rasisme. Di sampng diskriminasi rasial,  di negeri paman sam ini  terdapat pula persoalan laten, yaitu  ketimpangan sosial dan ekonomi antara ras kulit hitam dan kulit putih. Ketimpangan ekonomi ini  setiap saat juga dapat  meledak. 

Politik pemilu AS lagi seru. Kerusuhan rasial  terjadi pada musim kampanye pilpres 2020.  Devi sebagai calon wakil presiden, merupakan kartu truf untuk pemenangan Joe Biden  melawan Trump.   Tampilnya  Kamala Harris mengejutkan Donald Trump.  Trump merasa terancam dan menyerang Harris. Devi diejek sebagai perempuan yang buruk. Trump menuding Kamala jahat. Kamala Harris tak pantas menjadi calon wakil presiden Amerika Serikat. Tim kampanye pemilihan Trump “menyerang” Kamala Harris. Serangan bersenjata gender.

 Tapi Harris bukan sembarang perempuan. Dia perempuan tangguh dalam berjuang menegakkan   keadilan.  Kamala adalah pejuang yang tak kenal takut bertarung untuk kepentingan rakyat kecil dan dia menjadi  pelayan yang terbaik bagi rakyat. Kamala Harris pasti didukung oleh pemilih  perempuan AS yang telah tercerahkan oleh ide kesetaraan dan keadilan gender. Masalah gender tak akan mencegat Kamala  Harris untuk menjadi Wapres AS dalam pilpres 2020.

Kerusuhan  rasial ?.  Kerusuhan  rasial justru akan memenangkan Kamala Harris.  Kamala Harris  menjadi Wapres pertama  AS berkulit hitam. Salah satu Visi Kamala : mereformasi peradilan pidana dan menemukan  cara membela warga AS berkulit hitam.

 Kematian  George Floyd di tangan polisi di Detroid,  menunjukkan  tindakan polisi berbau rasis. Kejadian ini  akan dapat memenangkan Kamala Harris dalam Pilpres AS 2020. The New York Times merekonstruksi kematian George Floyd ini dalam video berdurasi 8 menit 46 detik. Berita ini  menyebar keseluruh dunia.  Muncul protes dan aksi unjuk rasa di AS  atas kematian pria kulit hitam, George Floyd. Hingga hari ini,  situasi makin memanas dan gelombang protes tidak behenti. Bahkan korban mati terjadi lagi. Demonstran   tertembak dalam aksi unjuk rasa, seperti di Minneapolis, Minnesota.

Pembunuhan George Floyd   merusak citra  Trump. Banyak orang bertanya, mungkinkah Trump bisa melepaskan diri dari efek pembunuhan Floyd, sehingga dapat mengalahkan Joe Biden dan Kamala Harris ? Kemarahan masyarakat pemilih di AS  bisa hidup kembali atas ketidakadilan rasial. Hal ini  dapat memperkuat suara Joe Biden dan Kamala Harris. Pemilih hitam pada pilpres 2016, jumlah suaranya  sangat rendah. Bisa saja efek pembunuhan George Floyd,  jumlah pemilih  hitam meningkat dapat pada pilpres 2020. 

Tapi tunggu dulu…. Donald Trump  memiliki keuntungan dari jabatannya sebagai inkumben. Trump terkenal dengan  nyali perangnya yang  besar. Dan… Trump bisa  bermain kotor. Sekarang Trump berusaha mengalihkan pikiran dan pandangan masyarakatnya ke negeri Cina. Strategi politik Trump ini telah berumur tua. Adalah William Howard Wriggin yang telah menulis buku tentang strategi beberapa  kepala negara dalam menyatukan rakyatnya atau integrasi nasional. 

Seni memahami fakta dan data,  hermeneutika ilmunya. Dengan ketangkasan hermeneutika,  kita telah “mengulik” masalah politik pilpres AS. Nah,  mari kita tunggu hasilnya.