Dalam Pandemi Corona, Iman dan Imun harus terjaga
Tidak pernah terbayangkan datangnya Pandemi virus corona. Yang sering diramalkan adalah terjadinya perang nuklir dengan bumi hancur lebur penuh radiasi. Sering pula diramalkan, kehidupan manusia akan terdesak oleh artificial Intelegent (AI), yaitu robot-robot cerdas yang membuat orang kehilangan pekerjaan.Ternyata pandemi corona lebih dashyat, tidak hanya menyita pekerjaan tapi juga nyawa. Semua orang hidup dalam kegelisahan dan ketakutan.
Wabah virus corona yang disebut dengan covid 19 (Corona Virus Diseases 2019) sedang mengganas di muka bumi. Wabah ini sangat menakutkan manusia. Manusia ketakutan karena berada dalam planit bumi yang berpenyakit dan sangat cepat menular. Jutaan orang telah terinfeksi dan jutaan pula yang telah meninggal dunia. Saat ini manusia di berbagai belahan bumi sedang berjuang melawan wabah pandemi ini. Dokter dan para ahli telah mengerahkan semua kemampuannya dalam menangani para penderita corona positif. Pihak berwajib dan relawan berjuang melawan penyebaran virus ini. Masyarakat diminta waspada dan menjaga diri masing-masing agar tidak tertular dan menularkan wabah corona. Protokol kesehatan 3 M, masker, mencuci tangan , menjaga jarak harus ditaati oleh semua masyarakat tanpa kecuali. Wabah corona menyadarkan kita bahwa kematian itu nyata dan dekat dengan kita. Kematian bagian dari hidup.
Penyebaran virus corona yang cepat sangat menakutkan manusia secara global. Virus ini sangat mudah menginfeksi manusia secara massif. Hanya dengan temu muka, sentuhan fisik seperti salaman dan berada dalam kerumunan, virus bisa menular ke tubuh manusia. Maka itu untuk mencegah penyebaran corona, melaksanakan protokol kesehatan tidak bisa ditawar lagi. Pihak-pihak yang melanggar harus dikenakan sanksi.
Di tengah virus yang mencekam ini, sain dan teknologi hampir tak berdaya. Sain dan teknologi kehilangan pridenya. Kemampuan manusia ternyata memiliki titik batas. Sampai hari ini belum ditemukan asal muasal virus corona ini dan belum diperoleh vaksin anti virus.
Muncul kesadaran bahwa sain dan teknologi harus dikaitkan dengan campur tangan dan kehadiran Allah SWT. Manusia membutuhkan Tuhan dan mohon pertolonganNya. Manusia harus mencari Tuhan dalam badai corona. Selagi masih bisa ketemu matahari berkat perlindungan Illahi, tingkatkan iman kepada Tuhan.
Mencari Tuhan dalam badai Corona?
Coba kita simak bait puisi Kyai Haji Mustofa Bisri (Gus Mus).
“Sesungguhnya kerajaan Tuhan ada dalam dirimu. Qalbun Mukmin Baitullah. Hati orang yang beriman adalah rumah Tuhan”.
Ditengah lautan pandemi corona, banyak orang mulai melakukan keterbukaan dan penyerahan diri yang total pada Tuhan. Ada yang senang bisa kembali kepada Tuhan. Ada yang menyesal karena tidak pernah belajar bagaimana berdoa. Ada yang membahas persoalan keimanan dalam kaitannya dengan ketakutan terhadap wabah corona. Tampil tokoh tokoh tertentu membantu sesama dengan resiko tertular oleh wabah corona. Sikap heroik ini tentu dilandasi keyakinan bahwa Allah SWT akan datang menolong.
Wabah hadir biasanya mengubah tatanan kehidupan manusia. Pada abad 14 muncul wabah yang dipicu oleh kuman Xenoppsylla cheopis yang datang dari hewan seperti ayam, itik dan kuda. Hewan-hewan ini dimakan manusia. Kuman yang ada pada hewan itu bermutasi pada manusia sehingga muncul wabah penyakit yang membunuh separoh penduduk bumi. Dampak dari serangan wabah ini melahirkan perubahan peradaban. Orang mulai tak percaya pada gereja dan otoritas Roma berkurang. Masyarakat berpaling pada ilmu pengetahuan.
“Corona datang, seolah-olah membawa pesan bahwa ritual itu rapuh. Bahwa hura hura atas nama Tuhan itu semu. Bahwa simbol dan upacara itu banyak yang hanya menjadi topeng dan komoditi dagangan saja “, itu bunyi bait dari puisi Gus Mus.
Virus adalah penanda peradaban. Demikian kata Profesor Jared Diamond dalam bukunya Guns, Germs and stell. Wabah hadir selalu mengubah tatanan kehidupan manusia. Apakah kehadiran corona akan mengubah tatanan dunia ?. Apakah wabah Corona dapat dilihat sebagai pesan bahwa bumi sudah tidak kuat menampung ambisi-ambisi manusia ?. Lapisan ozon menipis, pemanasan global merusak bumi. Pandemi ini dapat dilihat sebagai pesan bahwa manusia secara global harus memperbaiki human relationship. Tidak memangsa yang lemah oleh yang kuat dan tidak meninggalkan mereka yang lambat oleh mereka yang bergerak cepat. Kepedulian dan kasih sayang atau the ethic of care dan the ethic of love harus dijadikan sikap utama dalam human relationship.
Hidup ini penuh keajaiban. Keajaiban itu datang dan pergi sesukanya. Kita harus sigap untuk menangkapnya dan selalu siap bila sewaktu-waktu keajaiban datang menyapa. Buah dari iman bahwa Tuhan selalu bersama kita, akan membangun ketahanan fisik dan mental yang sangat diperlukan untuk menghadapi pandemi ganas yang sedang merusak hidup manusia di zaman ini.
Untuk ketahanan fisik makanlah secara sehat dan teratur, maka pikiran akan sehat dan teratur pula dan imun tubuh akan meningkat. Pikiran sehat membutuhkan otak yang sehat. Bergaullah dengan orang yang sehat otaknya. Dalam kegelisahan corona,tingkatkan iman dan imun. Bila iman dan imun terjaga, keajaiban datang menyapa