Anak dan kejahatan seksual di sosmed
Hidup manusia istimewa. Kesempurnaan adalah kunci membuat hidup itu istimewa. Hidup manusia bisa sempurna bila mau menyempurnakannya. Beriman pada yang Maha Sempurna adalah kunci menjalani hidup yang istimewa itu.
Untuk membuat hidup sempurna ada tiga kecerdasan yang diperlukan. Kecerdasan intelektual membuat pikiran jadi kritis. Kecerdasan emosional, bisa mengontrol emosi, tak membiarkan emosi bekerja secara otonom. Kecerdasan spritual membuat kita beriman dan bertaqwa.
Narasi di atas sebuah pesan yang ditulis seorang sahabat Facebook dalam statusnya. Kata-kata indah mempesona dan sarat dengan pesan-pesan filosofis. Bila demikian, terlihat manfaat sosmed (sosial media) sebagai alat edukasi.
Tulisan lain dari seorang sahabat Facebook membahas masalah child grooming. Dia menyampaikan gagasan agar menjaga anak dari kejahatan seksual dan mengawasi anak dalam menggunakan gawai. Sekarang ada tren merayu anak lewat media sosial guna melakukan pelanggaran seksual. Sosmed tidak hanya digunakan oleh orang dewasa, tapi juga digunakan oleh remaja dan anak-anak. Melalui sosmed anak bisa menghubungi atau dihubungi oleh siapa saja dan membangun hubungan emosional dengan anak melalui sosmed untuk tujuan pelecehan seksual. Tulisan ini ingin membagikan gagasan sahabat Facebook tersebut, agar kita menjaga anak dari kejahatan seksual dan mengawasi anak dalam menggunakan gawai.
Bulan, demikian nama sahabat Facebook tersebut. Mungkin waktu memberi nama, orang tuanya masih percaya bahwa bulan berwajah cantik penuh kemilau. Tetapi setelah NASA mengirim Amstrong ke bulan, ternyata wajah bulan penuh bopeng-bopeng dan cahaya kemilaunya pun dipantulkan dari matahari. Objek alam semesta yang dapat memancarkan cahayanya sendiri hanyalah matahari dan bintang.
Bulan bercerita tentang pengalamannya di masa kecil.
Begini ceritanya.
Pengalamannya yang pahit diwaktu kecil, menjadikannya seorang ibu yang selalu waspada terhadap siapapun yang mendekati gadis kecilnya. Bulan sangat tegas dan sangat protektif terhadap anaknya. Dia tidak pernah mempercayakan anaknya pada siapapun. Dulu, saat hidupnya pas-pasan, dia rela berhenti bekerja. Dia mengandalkan penghasilan suaminya saja, demi menjaga anaknya dirumah.
Waktu kecil hidup Bulan pindah dari satu tangan ke tangan lain, karena orang tuanya divorce. Saat itu, dia masih belia, umurnya sepuluh tahun. Saat ikut ibu, bapak tirinya jahat. Bulan sering mendapat pelecehan seksual, baik secara verbal maupun hasrat berkobar untuk mencabulinya. Ketika mengadu sama ibunya, malah dia yang kena marah, ibu membela suaminya, ketimbang anaknya yang menjadi korban pelecehan seksual bapak tiri. Saat dia tinggal di rumah budenya, suami budenya juga begitu. Tiba- tiba dia masuk kamar dan berbuat yang ngak senonoh padanya, pelecehan seksual.
Saat Bulan ikut bapak, dia juga menderita. Bapak lebih sayang pada ibu tirinya. Sedikit saja Bulan teledor, baik dalam kata maupun dalam tindakan, maka habislah dia dipukulin. Saudara tirinya yang laki-laki, masih remaja, juga sama binalnya dengan laki-laki dewasa (ayah tiri dan suami bu de). Laki-laki remaja itu sering mengolok-oloknya dan memegang-megang bagian tubuhnya yang tidak boleh dipegang orang.
Bulan sering merenung, kenapa nasibnya begini. Kenapa laki-laki ingin saja berbuat jahat padanya, melakukan kejahatan seksual. Dia bertanya pada dirinya, kenapa mudah dijahilin. Apa mungkin karena hidup seorang diri, tak ada perlindungan dari ibu dan ayah kandung. Hidup numpang dari satu rumah ke rumah lainnya. Bulan, anak korban perceraian orang tua.
Bulan selalu berdoa, deritanya cepat berlalu. Rupanya Allah mendengar doanya. Dia mendapat suami yang baik hati. Kasih sayang dan kepedulian suaminya itu luar biasa. Tidak pernah didapatkannya sebelumnya. Hidupnya yang gelap mulai bercahaya. Dia berusaha melupakan derita di masa lalu. Sekarang yang penting dalam hidupnya menjaga dan melindungi buah hatinya , Sari gadis kecil cantik yang sekarang sudah masuk Sekolah Dasar. Bulan bercerita, dia mempersiapkan anaknya dengan pendidikan bela diri, agar bisa melindungi diri, bila sendiri. Bulan mendidik anaknya menjadi gadis pemberani, tidak mudah diancam dan dicabuli.
Diakhir tulisannya, Bulan menggagas, agar para orang tua mengajar anaknya berani. Anak harus berani melawan, bila kekerasan mengancam dirinya. Anak harus berani berbicara apa yang terjadi pada dirinya jika mengalami perbuatan yang tidak senonoh dari siapapun. Selama ini, kekerasan seksual yang terjadi berulang-ulang dikarenakan korban enggan bicara. Pesan Bulan, anak-anak sejak dini harus diajarkan mana bagian tubuh yang tidak boleh dipegang oleh orang lain.
Kita patut prihatin kata Bulan mengakhiri postingannya. Dewasa ini , kekerasan seksual pada anak-anak makin merebak. Ada yang merayu korban lewat media sosial guna melakukan pelanggaran seksual. Maka itu, Awasi anak menggunakan gawainya.